Rabu, 22 Februari 2012

Konsep Administrasi & Supervisi Kurikulum dan Konsep Manajemen Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Administrasi dan supervisi adalah dua bidang tugas dalam penyelenggaraan pendidikan yang saling membutuhkan dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Tujuan utama dari administrasi ialah mengorganisasikan dan mengoperasikan tugas sekolah sehingga pengajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya. Secara intuitif, administrasi terasa mendahului supervisi dalam arti bahwa beberapa bentuk organisasi dan perlengkapan untuk manajemen sekolah adalah perlu sebelum suatu program pengajaran diadakan secara memuaskan. Banyak aktivitas administrasi menentukan implikasi kegiatan supervisi. Garis antara tanggung jawab administratif dan supervisi sering kali tidak dapat dipisahkan dengan jelas. Barang kali perbedaan dapat diadakan bahwa supervisi terjadi apabila kepala sekolah misalnya telibat dalam memberikan dorongan atau membantu guru-guru dalam perbaikan pengajaran, sedangkan administrasi berbentuk manajeman sekolah yang menyediakan kemudahan bagi perbaikan pegajaran tersebut.
Dalam arti ini administrasi seolah-olah lebih penting daripada supervisi pendidikan. Namun apabila diingat, bahwa misi utama sekolah adalah pendidikan, yaitu menyediakan program dan kegiatan belajar mengajar untuk kepentingan anak sesuai dengan tujuan pendidikan, maka supervisi menempti peran sentral di sekolah. Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Indonesia, dari jaman dahulu sampai sekarang,kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin dalam sektor pendidikan terutama dalam hal administrasi dan supervisi pendidikan mengalami perkembangan dan perubahan.adapun perubahan-perubahan tersebut bisa dilihat dalam tujuan, scope (luasnya tanggung jawab/kewajiban) dan perubahan dalam sifatnya.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Konsep Administrasi dan Supervisi Kurikulum?
2. Apa yang dimaksud Konsep Manajemen Pendidikan?
3. Apa tujuan dan fungsi Manajemen Pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan arti Konsep Administrasi dan Supervisi Kurikulum.
2. Menjelaskan arti Konsep Manajemen Pendidikan.
3. Menjelaskan tujuan dan fungsi Manajemen Pendidikan.


BAB II
BAHASAN

2.1  Konsep Administrasi Kurikulum
2.1.1 Konsep Administrasi
Tonggak-tonggak peradaban manusia menunjukkan, bahwa studi tentang “administrasi” telah sejak lama dilakukan orang karena administrasi itu sendiri memang sudah ada sejak timbulnya peradaban manusia. Karena itu tidak heran, jika studi ini telah mengembangkan berbagai pandangan yang dituangkan ke dalam teori administrasi. Berbagai rumusan telah banyak dikemukakan, yang kadang-kadang satu dnegan lainnya saling bertentangan, atau berbeda baik secara gradual maupun secara prinsipil.
Salah satu rumusan yang pernah dikemukakan oleh Sodang S. Siagian bahwa “administrasi” didefinisasikan sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Rumusan ini cukup menarik untuk mendapat kajian lebih lanjut guna memahami konsep administrasi.
Dalam rumusan tersebut terkandung paling tidak lima konsep pokok, yakni (1) Administrasi sebagai suatu proses keseluruhan; (2) Manusia yang terlibat dalam proses administrasi; (3) Proses administrasi senantiasa bertujuan; (4) Pada prinsipnya administrasi dilaksanakan dalam bentuk kerjasama; (5) Proses administrasi memerlukan dukungan peralatan dan perlengkapan. Konsep-konsep tersebut akan dikaji lebih lanjut dalam uraian berikut:

Administrasi sebagai suatu proses keseluruhan
Suatu proses pada dasarnya adalah serangkaian kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tentang kapan berakhirnya proses tersebut seringkali sulit diketahui termasuk oleh pelakunya sendiri. Oleh sebab itu beitu selesai kegiatan maka akan diikuti oleh kegiatan selanjutnya, demikian seterusnya. Rangkaian kegiatan itu seolah-olah tak pernah berunjung.
Proses adminitrasi adalah suatu keseluruhan yang terpadu. Di dalam keseluruhan itu terdapat sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Dalam proses administrasi yang menyeluruh ini akan kita temukan berbagai komponen, seperti: tujuan yang hendak dicapai, manusia yang berusaha mencapainya, kegiatan-kegiatan pelaksanaan dan tugas-tugas yang harus dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan, alat, fasilitas, biaya, tenaga, waktu dan komponen luar yakni masyarakat yang berada di luar proses itu sendiri punya pengaruh terhadap proses administrasi.

Manusia yang terlibat dalam proses administrasi
Administrasi dilaksanakan bersama-sama oleh sekelompok manusia, yang bekerjasama atas dasar rasionalitas tertentu. Rasionalitas itu sendiri tentu bermacam-macam bentuknya. Mereka bekerjasama untuk mencapai tujuan dan tentunya didorong oleh motivasi, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi kebersamaan menyebabkan manusia bersatu dan bekerjasama. Motivasi itu bisa timbul dari diri sendiri atau tumbuh berkat pengaruh faktor-faktor luar, seperti: persamaan pandangan hidup, persamaan tingkat pendidikan, status ekonomi dan pandangan politik. Pengaruh juga dapat bersumber dari faktor geografis, tempat tinggal, agama, bahasa, struktur masyarakat yang homogen, dsb. Karena adanya kebutuhan mendesak, maka dua orang atau lebih bermufakat untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Sejak adanya pemufakatan dan usaha itu, sejak itu pula dimulainya proses administrasi.

Proses administrasi senantiasa bertujuan
Tujuan merupakan hasil yang diinginkan, artinya hasil yang ingin diperoleh oleh orang-orang yang terlibat daam proses administrasi. Tanpa tujuan, maka kegiatan administrasi tidak punya sasaran. Selain dari itu, umumnya tujuan administrasi menjadi dasar dalam menentukan jenis dan bentuk kegiatan administrasi yang akan dilakukan.
Penentuan tujuan proses administrasi dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya, atau oleh pihak luar. Tujuan yang ditentukan umumnya lebih mendorong mereka mencapainya, sebab mereka menyadari makna tujuan itu demi kepentingan mereka. Penentuan tujuan dengan cara ini lebih demokratis. Akan tetapi tujuan juga dapat ditentukan oleh pihak luar, seolah-olah dipaksakan. Bila tujuan ditetapkan oleh pihak luar yang tidak terlibat dalam proses administrasi, berarti yang terlibat hanya orang-orang yang merencanakan dan melaksanakan kegiatan administrasi saja. Bahkan mungkin bentuk dan jenis kegiatan yang harus dilaksanakan telah ditetapkan oleh pihak luar.
Pada prinsipnya proses administrasi perlu dikembangkan pembagian tugas pelaksanaan di kalangan para anggota yang terlibat dalam proses itu. Pelaksanaan tugas-tugas itu akan berjalan lebih efisien dan produktif jika mereka mengembangkan kerjasama sebaik-baiknya. Pada hakikatnya ‘kerjasama’ juga merupakan metode pencapaian tujuan administrasi. Hanya saja pengembangan kerjasama pertama, para anggota lebih menyadari manfaat kerjasama itu bagi usaha pencapaian tujuan, sedangkan bentuk kerjasama kedua karena dipaksakan  maka kemungkinan timbulnya antagonisme. Menurut pandangan demokrasi, pembagian dan pelaksanaan tugas melalui kerjasama sukarela akan lebih berhasil dibandingkan dengan kerjasama paksaan.

Proses administrasi memerlukan dukungan peralatan dan perlengkapan
Dalam hal ini tercakup juga masalah waktu, tempat, materi dan lainnya. Peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan ditentukan berdasarkan faktor-faktor, seperti: tujuan yang hendak dicapai, jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, jumlah orang yang terlibat dalam proses, dan bentuk kerjasama yang akan  dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas-tugas. Jika proses administrasi hanya membutuhkan sedikit saja perlengkapan dan peralatan, tetapi mencapai hasil optimal, maka diartikan bahwa proses itu telah berlangsung secara efisien dan produktif. Jika sebaliknya, maka proses administrasi tidak berjalan efisien, sehingga diperlukan peninjauan kembali tujuan, kegiatan, dan orang-orang yang terlibat dalam proses administrasi itu.

Administrasi pendidikan sebagai proses sosial
Pengertian administrasi yang dikemukakan di atas berlaku pula alam administrasi pendidikan. Administrasi adalah suatu proses sosial yang berlangsung dalam konteks sistem sosial tertentu (Castetter 1971: 9-10) proses itu dapat dilihat dari tiga segi, yakni: secara struktural, secara fungsional dan secara operasional. Secara struktural, administrasi dipandang sebagai hubungan antara atasan dan bawahan dalam sistem sosial. Secara fungsional, meninjau hubungan hirarkis itu dalam rangka pembagian dan integrasi peranan-peranan dan fasilitas dengan maksud mencapai tujuan sistem. Secara operasional, proses administrasi berkenaan dengan interaksi antara person to person, di dalam situasi mana terjadi saling pengaruh mempengaruhi.
Proses administrasi meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan kepengawasan. Proses-proses tersebut dilaksanakan oleh administrator dalam rangka proses personal dan pengoperasian suatu organisasi.
Pada umumnya kegiatan-kegiatan administrasi dalam sistem sekolah dapat dikategorikan menjadi lima bidang dan kegiatan, yakni: 
  •  Kegiatan di bidang program instruksional
    Bidang kegiatan ini menjadi tanggung jawab administrator sebab itu erat kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum. Penyusunan program instruksional, menjadi tanggung jawab kepala sekolah dengan bantuan guru-guru dan staf sekolah yang lain. 
  •  Kegiatan di bidang personal
Tenaga personil sekolah merupakan tenaga pelaksana program pendidikan dan kurikulum di sekolahg bersangkutan. Bidang ini perlu dikelola dengan baik, mulai dari pengadaan, penempatan, dan pembinaannya.
  • Kegiatan dalam dukungan logistik
Dukungan logistik harus mendapat perhatian dalam kegiatan admininstrasi pendidikan. Tanpa dukungan logistik jumlah dan kualitas yang memadai, maka pelaksanaan kurikulum akan mengalami hambatan. Karena itu, masalah pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan bidang logistik harus mendapat perhatian admininstrasi.
  • Perencanaan
Sekolah harus memiliki perecanaan yang matang dan lengkap dalam bidang pendidikan dan kurikulum. Rencana tersebut meliputi rencan tahunan, rencana triwulanan,rencana bulanan, bahkan sampai pada rencana. Dan semua rencana tersebut harus menjadi perhatian admininistrator dengan melibatkan seluruh staf sekolah dan masyarakat.
  • Hubungan dengan pihak luar
Pihak luar seperti orang tua siswa, instansi pemerintah, badan usaha swasta, dan institusi masyarakat lainnya sesungguhnya besar peranannya dalam perencanaan dan pengembangan program pendidikan dan kurikulum. Karena itu kerjasama dengan pihak luar perlu dibina.

2.1.2 Pendekatan dalam Administrasi Kurikulum
Dalam bab ini akan dibahas tiga kategori pendekatan yang diterapkan dalam administrasi kurikulum, yakni: (1) pendekatan produktif, demokrasi, dan humanistic (2) pendekatan sistematik (klasik), romantic dan modern (3) pendekatan direktif, in service dan sistematik. Ketiga kategori pendekatan ini masing-masing mempunyai ciri-ciri khas dan mempunyai implikasi tertentu terhadap kurikulum.
1.      Pendekatan Produktif, demokrasi dan humanistik
Ketiga pendekatan ini banyak di gunakan dalam bidang perencanaan penddikan, baik pada tingkat makro, struktural, mikro, dan individual.
a.       Pendekatan Produktif
Ciri-ciri pendekatan produktif:
  1. Berorientasi pada kepentingan produksi sesuai dengan tuntutan industri 
  2. Bertujuan membentuk tenaga kerja yang mampubekerja dalam bidang industri, dimana mesin menjadi alat utama. 
  3. Mengutamakan penidikan keterampilan yang bersifat produktif.
  4. Pada hakikanya anak manusia identik dengan mesin merupakan atau bagian dari mesin sangat penting. Kebutuhan, minat dan motivasi sebagai manusia diabaikan.
b.      Pendekatan Demokrasi
Ciri-ciri pendekatan demokrasi:
  1. Berorientasi pada kehidupan demokrasi, yang mengutamakan prinsip kebebasan bagi setiap orang. 
  2. Pendidikan bertujuan mempersiapkan warga Negara yang cerdas (inteligen) dan berkepribadian, yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
  3. Pendidikan inteligensi berguna bagi anak, baik sebagai manusia maupun untuk kepribadianya sebagai warga masyarakat. 
  4. Nilai-nilai manusia, kultural dan kepentingan produktifitas mendapat perhatian yang imbang. 
  5. Setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan kemampuanya masing-masing. 
  6. Demokrasi yang berlaku di sekolah-sekolah kita adalah demokrasi berlandaskan pancasila.
c.       Pendekatan Humanistik
Ciri-ciri pendekatan humanistik:
  1. Berorientasi pada kultural, sistem nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
  2. Pendidikan terutama menekankan pada pembentukan kepribadian yang baik. 
  3. Menilai manusia yang pada dasarnya, adalah baik dan oleh karenanya perlu diberi lingkungan yang baik untuk mempertahankan nilai-nilai manusiawinya. 
  4. Sekolah sangat dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh suasana masyarakat sekitarnya, bahkan merupakan cerminnya masyarakat.
2.      Pendekatan Sistematik, Romantic dan Modern
a.       Pendekatan Sistematik (klasik)
Ciri-ciri pendekatan sistematik:
·         Pengajaran berlangsung secara klasikal
·         Kepemimpinan kelas bersifat otokreatis
·         Guru bersifat konservatif,
·         Pengajaran menitik beratkan pada mata pelajaran,
·         Guru mendominasi kelas
·         Guru menggunakan alat pembantu atau alat peraga,
·         Disiplin kelas dilakukan secara ketat
·         Pengembangan aspek keterampilan
·         Guru yang paling aktif
·         Memberikan kepastian pada para siswa,
·         Persaingan antar individu siswa
·         Menekankan pada bimbingan orang lain
·         Pengajaran berorientasi pada tugas.
b.      Pendekatan Romantic
Ciri-ciri pendekatan romantic:
·         Belajar secara individual
·         Menekankan kebebasan secara mutlak(laisezfaire)
·         Sikap mementingkan diri sendiri(abdication)
·         Menekankan pada metode
·         Pengajaran berpusat pada anak
·         Menggunakan audio visual aids
·         Pelajaran bebas sekehendak hati, diluar disiplin yang telah digariskan secara sistematik
·         Menggunakan discovery
·         Siswa bersikap reaktif
·         Siswa sering mengalami kebingungan
·         Melaksanakan kerja sama
·         Anak di arahkan oleh dirinya sendiri
·         Kebebasan perorangan
·         Mengerjakan hal-hal bagi diri sendiri
c.       Pendekatan Modern
Ciri-ciri pendekatan modern:
·         Pengelompokan para siswa secara fleksibel
·         Semua siswa di tuntut agar berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar
·         Suasana kelas berlangsung dalam suasana liberal
·         Kegiatan belajar pada inquiry
·         Mempergunakan semua sumber belajar yang mungkin
·         Menitikberatkan pada belajar pengalaman bukan pada isi pelajaran atau metode mengajar
·         Semua siswa di didik agar kreatif
·         Anak bersikap transaktif (saling aksi dan mereaksi)
·         Siswa dihadapkan pada tingkat probabilitas atau kemungkinan yang menuntut pilihan
·   Hubungan di kalangan siswa terarah pada pertumbuhan atau perkembangan, dimana persaingan antara kelompok dan kerja kelompok dapat saja di laksanakan
·         Siswa bekerja dalam bentuk self-fulfilling
·         Menekankan pada tanggung jawab, bukan keterikatan atau kebebasan mutlak
·         Siswa bekerja sama dengan rekan dan gurunya.
3.      Pendekatan Direktif, In Service, dan Sistem
Pada prinsipnya pendekatan direktif adalah pendekatan yang ditentukan oleh atasan, sedangkan para guru hanya menerima perintah belaka. Lagipula mereka tidak pernah dipersiapkan untuk melaksanakan kebijaksanaan itu sebelumnya. Pendidikan in service adalah justru lebih menekankan pada perkembangan staf sebagai langkah permulaan dalam perbaikan kurikulum.
Pendekatan sistem adalah usaha yang dilakukan secara terpadu. Sistem adalah suatu keseluruhan, dimana didalamnya terdapat berbagai komponen yang satu sama lain saling berinteraksi, berinterelasi dan berinterdependensi, baik antara komponen-komponen maupun antara komponen dan keseluruhan. Prinsip-prinsip pendekatan inilah yang dewasa ini banyak dikembangkan dalam studi administrasi dan evaluasi kurikulum. Berbagai jenis pendekatan tersebut ternyata memang masing-masing mengandung kelebihan dan kelemahannya.

Pendekatan dalam administrasi kurikulum
PENDEKATAN
TUJUAN, ISI, POLA
  • PRODUKTIF

  • DEMOKRASI

  • HUMANISTIK


  • SISTEMATIKA/
          KLASIFIKASI
  • ROMANTIK

  • MODERN

  • DIREKTIF


  • IN SERVICE/
        PENGEMBANGAN
        STAF
  • STUDI KELOMPOK
  • SISTEM PENDIDIKAN
Mempersiapkan tenaga yang berkerampilan produktif


 Mempersiapkan tenaga yang berintelejensi tinggi dan berkepribadian


Mempersiapkan lulusan yang memiliki kepribadian sesuai dengan sistem nilai dan kebudayaan masyarakat


Mempersiapkan lulusan menguasai pengetahuan dalam mata pelajaran

 Mempersiapkan lulusan sesuai dengan romantika manusiawi



Mempersiapkan lulusan yang mampu hidup dalam masyarakat yang dinamis

Mempersiapkan lulusan yang sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.


Mempersiapkan lulusan dengan cara terlebih dulu mengembangkan staf pengajar


Mempersiapkan lulusan melalui kurikulum yang disusun berdasarkan pemikiran ilmuwan

Mempersiapkan lulusan dengan mempertimbangkan semua komponen pendidikan


2.2 Konsep Supervisi Kurikulum
2.2.1 Pengertian Supervisi Kurikulum
Yang dimaksud dengan supervisi kurikulum adalah semua usaha yang dilakukan oleh supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, penggerakan motivasi, nasehat dan pengarahan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam PBM, yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar siswa. Sasaran supervisi kurikulum adalah guru yang berkemampuan lebih baik, sedangkan tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan guru yang ditandai oleh terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Jadi pada dasarnya hasil kegiatan supervisi kurikulum ditandai oleh hasil belajar siswa. Dengan demikian supervisi kurikulum pada prinsipnya identik dengan bimbingan professional, oleh sebab itu lebih menekankan pada pemberian bimbingan dan bantuan pada guru selaku tenaga professional dan diarahkan agar memiliki kemampuan professional yang lebih baik, dalam arti lebih efekrtif dan lebih berhasil.

2.2.2 Fungsi Supervisi Kurikulum
Pada dasarnya supervisi kurikulum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
Pertama, fungsi edukatif yakni fungsi yang dimaksudkan untuk mendidik guru yang lebih mampu dan lebih baik kualitasnya sesuai dengan tujuan-tujuan kemampuan profesional, tuntutan terhadap guru, dan kebutuhan lapangan kependidikan di sekolah.
Kedua, fungsi kulikuler yakni berkenaan dengan pelaksanaan pengajaran dan peningkatan situasi belajar-mengajar sehingga memungkinkan siswa belajar lebih efektif.
Ketiga, fungsi kepebimbingan yakni memberikan bantuan kepada guru-guru agar mampu mengatasi kesulitannya sendiri.
Keempat, fungsi administratif yang berkenaan dengan kegiatan kepengawasan dan kepemimpinan terhadap organisasi guru-guru dalam rangka pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Kelima, fungsi pengabdian, yakni berkenaan dengan pengabdian supervisor terhadap kepentingan sekolah, seperti: membantu guru, siswa dan penyelenggaraan sistem sekolah secara menyeluruh.

2.2.3. Ciri-ciri Supervisi Kurikulum
    Pengertian tentang supervisi dapat lebih dipahami dengan memahami konsep-konsep dibawah ini, karena ungkapan-ungkapan itu menggambarkan ciri-ciri supervisi dalam arti yang sebenarnya. 
  • Supervisi adalah proses perbaikan pengajaran. Proses itu berlangsung dalam bentuk memberikan rangsangan dan membantu guru agar mereka berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Jadi program supervisi pada hakikatnya adalah salah satu upaya perbaikan instruksional.
  • Supervisi memudahkan para siswa belajar. Melalui supervisi disediakan kondisi-kondisi yang memudahkan para siswa belajar secara efektif. 
  • Supervisi digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan mempelajari dan memperbaiki kondisi-kondisi lingkungan belajar dan pertumbuhan para siswa dan guru. 
  • Fungsi utama Supervisi adalah untuk membantu situasi belajar bagi siswa. Supervisi merupakan kegiatan pelayanan untuk membantu para guru melaksanakan tugas kewajibannya sebaik mungkin. 
  • Supervisi adalah penyuluhan orang-orang dengan cara yang kreatif dalam memecahkan masalah, baik masalah perorangan maupun masalah bersama.

2.2.4 Perbedaan antara Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan
Administrasi pendidikan berbeda dengan Supervisi pendidikan. Perbedaan itu tampak dalam tiga jenis pendekatan.
  • Persiapan berbeda dengan pelaksanaan
Administrasi pendidikan berkenaan dengan semua perilaku yang bertalian dengan semua tugas yang memungkinkan terselenggaranya program pendidikan. Supervisi berkenaan dengan perilaku tentang pelaksanaan dan perbaikkan program pendidikan agar lebih baik. Jadi administrasi bertugas menyediakan atau mempersiapkan fasilitas, material, personal dan kondisi-kondisi instrusional lainnya, sedangkan Supervisi pendidikan mengamati apakah progam pengajaran dilaksanakan secara efektif atau tidak. Dapat juga dikatakan bahwa administrasi merupakan mesin dan juga pengelola program pengajaran, sedangkan Supervisi menangani proses pengajaran itu sendiri.
  • Otoritas bertentangan dengan pelayanan
Pendekatan lainnya untuk membedakan antara administrasi dan Supervisi adalah, bahwa titik berat administrasi pada otoritas, sedangkan Supervisi menekankan pada pelayanan (service). Perbedaan antara kedua pola ini akan tampak lebih jelas dalam tindakan-tindakan antara seorang administrator dengan seorang supervisor.
Namun anatara administrator dan supervisor sama-sama bertindak atas dasar perencanaan, diagnosis, dan inspeksi. Implikasi dari perbedaan tersebut, maka pelaksanaan dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok administrator dan kelompok supervisor, yang menuntut persyaratan khusus dalam kepribadian sesuai dengan kedudukannya.
  • Keseluruhan dan bagian-bagian
Berdasarkan pendekatan tersbut dinyatakan, bahwa administrasi merupakan keseluruhan upaya pengelolaan sekolah, sedangkan Supervisi merupakan bagia dari upaya tersebut yang didelegasikan kepada orang atau pihak lain oleh top administrator. Pendelegasian ini bukan disebabkan perbedaan fungsi, tetapi karena alasan-alasan yang sederhana, yakni Karena terlalu banyak personal yang bertindak sebagai pemimpin. Ini dapat diartikan, bahwa setiap administrator adalah seorang supervisor dan setiap supervisor adalah ikut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan administrasi. Dengan demikian, antara administrasi dan Supervisi memiliki hubungan timbal balik, dan berlandasan pada, suatu pendidikan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Jadi sebenarnya mungkin akan menjadi lebih baik, jika antara administrasi dan Supervisi dipadukan atau dikombiasikan, kendatipun tetap mengandung resiko.
Keterpaduan antara administrasi dan Supervisi dalam pelaksanaan program pendidikan tidak jarang menimbulkan masalah baru, yang justru dapat merugikan program pendidikan itu sendiri. Sebabnya, ialah sering seorang supervisor bertindak terlalu dalam kegiatan-kegiatan administrasi, sehingga lupa bahwa dianya seorang administrator merasa memiliki wewenang yang lebih besar, sehingga dia cenderung bertindak sebagai pengawas yang berkedok Supervisi. Akibatnya pelaksanaan kedua tugas tersebut menjadi samar-samar.

2.2.5. Supervisi dan Perbaikan Kurikulum
Dalam konsep kurikulum pada hakikatnya telah tercakup konsep pengajaran atau proses belajar mengajar. Perbaikan dalam ditafsirkan telah tercakup masalah perbaikan pengajaran. Supervisi yang berhasil ditandai oleh adanya perbaikan kurikulum dan pengajaran. Dalam hal ini keterlaksanaan kurikulum dan pengajaran yang lebih baik merupakan produk kegiatan supervisi dan efektif. Tapi yang memperbaiki kurikulum itu sesungguhnya bukan supervisor tetapi sang guru sendiri, yang telah dibimbing oleh supervisor.
Titik tolak dari perbaikan kurikulum sekolah bersumber dari “Guru”. Data hubungan ini ada baiknya dipertanyakan beberapa hal yang bertalian dengan usaha perbaikan pengajaran dan kurikulum itu. Persoalan-persoalan yang kiranya perlu mendapat sorotan, adalah: peranan guru sebagai tenaga professional, kemampuan guru professional, guru dan berbaikan kurikulum, dan hubungan antara guru dan administrator, siswa dan orang tua murid.
Peranan Guru sebagai Tenaga Profesional. Berdasarkan asumsi bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan professional, maka implikasinya adalah bahwa setiap guru harus mememnuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan profesi itu dan harus bekerja secara professional juga. Dipihak lain seharusnya mendapat imbalan sesuai dengan kemampuan profesionalnya. Kemampuan-kemampuan itu tentulah harus sejalan dengan kerangka peranan guru terutama disekolah sebagai lembaga pendidikan professional.
Kemampuan Guru Profesional. Guru yang baik adalah guru yang berhasil. Guru yang berhasil dalam pengajaran adalah yang mampu mempersiapkan anak mencapai tujuannya yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Untuk membawa anak mencapai tujuan-tujuan itu, setiap guru perlu memiliki berbagai kemampuan atau kualifikasi professional. Jadi jelas bahwa disamping seorang guru harus memahami dirinya sendiri, siswa dan masyarakat, maka harus jug memiliki kemampuan-kemampuan yang berkenaan dengan fungsi pengajaran.
Perbaikan Kurikulum Bermula dari Guru. Berdasarkan asumsi bahwa  perbaikan kurikulum harus dimulai dari komponen manusia yang membina kurikulum itu. Dalam hal ini komponen guru merupakan sumber baru dalam perbaikan kurikulum. Guru yang paling mengetahui apakah kurikulum relevan dengan tuntutan dan kebutuhan siswa dan masyarakat. Sesungguhnya perubahan dan perbaikan adalah merupakan hasil usaha para pendidik yang bekerja disekolah yang mengalami langsung kebutuhan dan perlunya perubahan. Dalam kerangka ini, maka guru atau staf sekolah dapat berbuat banyak dalam menentukan level sekolah, menentukan kebutuhan perbaikan, mengembangkan tujuan, menentukan level perbaikan yang dapat diterima.
        Hubungan guru-administrator orang tua hasil belajar dan kemajuan siswa ditentukan oleh bentuk hubungan antara guru dan siswa. Antara guru dan administrator, antara guru dan orang tua murid.
        Hubungan guru-siswa menjadi syarat mutlak, bukan sebagai pembimbing dan yang dibimbing tetapi juga sebagai partner belajar. Karena itu guru harus memahami siswa yang dibimbingnya dan sebaliknya siswa harus mengakui kewibawaan pembimbingnya. Hubungan guru dan administrator haruslah bersikap terbuka sehingga memungkinkan guru mencari jalan, berkreasi dan berani mencoba sendiri sesuatu usaha intruksional yang lebih baru yang dipandangnya lebih relevan dengan kegiatannya selaku guru. Antara keduanya juga memegang sebagai partner yang baik tetapi denga tugas yang berbeda.

2.3  Konsep Manajemen Pendidikan
2.3.1 Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi, yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional.
Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan mutu sumber daya manusia, sedangkan manusia bermutu itu pada hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan secara keseluruhan.
Untuk memahami konsep pendidikan secara umum, maka dapat diajukan berbagaio pertanyaan sebagai berikut.
  • Apa: Apa yang dimaksud dengan pendidikan? Pertanyaan ini menuntut jawaban mengenai definisi pendidikan. 
  • Mengapa: pertanyaan tentang apa tujuan pendidikan yang hendak dicapai? Jawaban atas pertanyaan ini adalah rumusan berbagai aspek tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. 
  • Untuk siapa: pertanyaan ini berkenaan dengan siapa yang menjadi sasaran pendidikan? Jawaban atas pertanyaan ini adalah konsep peserta didik. 
  • Oleh siapa: pertanyaan ini bertalian dengan siapa yang melaksanakan proses pendidikan? Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah pemahaman mengenai tenaga kependidikan. 
  • Bagaimana: pertanyaan ini berkenaan dengan cara dan prosedur yang ditempuh dalam proses pendidikan. Jawaban atas pertanyaan ini adalah pemahaman tentang konsep kurikulum, pembelajaran dan belajar.
Suatu rumusan baku secara nasional, pendidkan adalah usaha sadar5 untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan dating. (UU RI, No.2 tahun 1989,bab I, Ps. 1).
Dalam rumusan ini ada empat hal yang perlu digaris bawahi yang dianggap penting dan sekaligus menggambarkan karakteristik pendidikan.
Usaha Sadar  artinya semua upaya dan kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan dirancang secara mantap, lengkap, jelas dan utuh berdasarkan pertimbangan yang rasional dan objektif, bukan berdasarkan pada ketidaksengajaan, atau bersifat incidental, atau coba-coba tanpa pertanggung jawaban. Kesadaran bukan hanya dilandasi oleh data/informasi yang akurat, tetapi menyangkut kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya pendidikan bagi anak didik, dan generasi mendatang dan bagi pembangunan dewasa ini. Berkat kesadaran ini pula, proses pendidikan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
Penyiapan sebagai fungsi pendidikan. ‘menyiapkan’ berarti upaya atau tindakan yang dilaksanakan sebagai tahap persiapan, bukan sebagai tujuan melainkan proses, yang pada akhirnya peserta didik berada dalam keadaan siap untuk melakukan perannya. Pada tahap pentiapan ini sudah tentu terdapat peserta didik (yang sedang dipersiapkan) dan tenaga  kependidikan (yang bertugas melakukan tindakan penyiapan), dan hubungan antara kedua eksponen tersebut berlangsung dalam proses interaksi belajar mengajar, dan proses saling pengaruh mempengaruhi secara edukatif.
Peserta didik. Komponen ini menjadi masukan ke dalam proses pendidikan. Peserta didik dilihat dari segi atau pendekatan social, psikologis dan edukatif. Dilihat dari pendekatan social, setiap peserta didik adalah makhluk social, calon warga masyarakat. Dilihat dari segi edukatif, setiap peserta didik memiliki hak dan kewajiban dlam rangka system pendidikan yang menyeluruh dan terpadu.
Bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Dalam hal ini ada tiga istilah yang pengertiannya berbeda tetapisaling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bimbingan (guidance), pada mulanya didefinisikan, sebagai berikut: bimbingan di sekolah menengah menunjuk ke aspek program pendidikan yang berkenaan khusus dengan pemberian bantuan kepada siswa untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang ada dan merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan sosialnya.
Tentunya masih banyak definisi lainya yang pernah dikemukakan oleh para pakar dalam bidang bimbingan dan penyuluhan, yang perlu kita telusuri lebih lanjut. Pengertian ‘pengajaran’ pada hakikatnya berkenaan dengan mengajar dan belajar. Mengajar dan belajar adalah proses dalam pendidikan terhadap seorang siswa yang menuntut interaksi antara guru dan siswa. Pada masa lampau metode-metode pengajaran terutama dipertimbangkan dari segi kebutuhan dan penyampaian  informasi kepada siswa dan sedikit yang dilakukan untuk meneliti atau membantu proses belajar. Dewasa ini terdapat bermacam-macam metode mengajar mulai dari pemberian informasi dari guru kepada kelompok besar dan kelompok kecil siswa sampai pada metode yang individualisasikan, dimana siswa bekerja dengan self-teaching situation, mengontrol informasi yang diperolehnya dan menguji dirinya sendiri. Pengertian ’latihan’ (training) adalah suatu proses yang menggunakan berbagai teknik untuk mencapai perilaku yang efektif dalam tugas atau perangkat tugas tertentu. Latihan menitikberatkan pada pengembangan abilitas perseorangan. Latihan biasanya menjadi bagian dari system perencanaan tenaga kerja, yang fungsinya terutama menyediakan orang-orang yang terlatih sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam upaya mencapai tujuannya.
Hasil pendidikan; produk yang hendak dihasilkan melalui proses pendidikan adalah para lulusan yang memiliki kemampuan melaksanakan perannya untuk masa yang akan dating. Peranan ber kenaan dengan jabatan atau pekerjaan tertentu, sedangkan pekerjaan itu sendiri bertalian dengan lapangan atau dunia kerja di masyarakat.
Sistem pendidkan; keseluruhan aspek/komponen yang telah dikemukakan di atas pada hakikatnya saling berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang menyeluruh, bahkan merupakan keterpaduan secara utuh.
  • Konsep Manajemen Pendidikan
  • Pengertian
a.    Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem atau proses pengelolahan.
Kegiatan-kegiatan pengelolahan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:
  1. Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode penyampaian, sistem evaluasi, sistem bimbingan;
  2. Program ketenagaan 
  3. Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan;
  4. Program pembiayaan;
  5. Program hubungan dengan masyarakat.
b.    Manajemen pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan (human engineering) dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan. Suatu proses belajar mengajar yang relevan, efektif dan efisien dapat terjadi bila dilengkapi dengan sarana yang terbentuk satu wadah organisasi dan ditunjang oleh:
  1.  Kelompok pimpinan dan pelaksanaan; 
  2. Fasilitas dan alat pendidikan;
  3. Program pendidikan dengan sistem pengelolahan yang mantap.
c.       Pendekatan sistem dalam manajemen pendidikan sebagai akibat dari dianutnya pendekatan sistem dalam pendidikan. Sistem pendidikan adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan bergantung didalam mengemban tugas untuk mencapai tujuan pada sistem tersebut. Unsur-unsur dari luar yang memasuki sistem dan kemudian mengalami proses disebut keluaran atau output.
2.      Pendekatan Sistem Proses Pendidikan
1)      Unsur peserta sebagai bahan mentah (row input) yang akan berubah, sebagai akibat dari proses pendidikan yang berlangsung didalam sistem.
2)      Unsur tujuan pendidikan yang merupakan sasaran yang akan dicapai atau hasil proses pelatihan atau output yang keluar dari sistem.
3)      Unsur instrument (instrumental input) yang menentukan hasil dari sistem pendidikan mencakup:
a.       Kurikulum yang meliputi:
·         Organisasi dan pendekatan
·         Administrasi dan struktur program
·         Materi dan kurikulum
·         Metode dan strategi pembelajaran
b.      Evaluasi
c.       Pengelolaan
d.      Ketenagaan
e.       Bimbingan dan pembinaan
f.       Pembiayaan
g.      Fasilitas dan alat-alat pendidikan
4)      Unsur lingkungan, misalnya: lingkungan organisasi dan masyarakat serta kultural, yang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses pendidikan yang sedang berlangsung.

3.      Tujuan Manajemen Pendidikan
Sesuai dengan uaraian-uraian terdahulu yang berhubungan pengertian dan hakikat manajemen pendidikan, maka tujuan manajemen pendidikan adalah sebagai berikut:
a.  Secara umum, manajemen pendidikan bertujuan untuk menyusun suatu sistem pengelolaan yang meliputi:
  1. Administrasi dan Organisasi Kurikulum 
  2. Pengelolaan dan ketenagaan 
  3. Pengelolaan sarana dan prasarana 
  4. Pengelolaan pembiayaan 
  5. Pengelolaan media pendidikan 
  6. Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang manajemen keterlaksanaan proses pembelajaran yang relevan, efektif dan efisien yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
b.      Secara khusus manajemen, pendidikan bertujuan terciptanya sistem pengelolaan yang relevan, efektif dan efidsien yang dapat dilaksanakan dan mencapai sasaran dengan suatu pola struktur organisasi pembagian tugas yang jelas antara pimpinan/pengelolaan program, tenaga pelatih, fasilitator, tenaga perpustakaan, tenaga teknis lainnya, tenaga tata usaha, dan tenaga Pembina/pembimbing.
c.       Lancarnya pengelolaan program pendidikan.
d.      Keterlaksanaan proses pembelajaran berdasarkan pendekatan cara belajar siswa aktif.

4.      Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hubungan ini, terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan, sebagai berikut:
a.    Fungsi perencanaan, mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategis pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan, dll.
b.  Fungsi organisasi meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab pengelolaan secara integral. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan: mengidentifikasi jenis dan tugas tanggung jawab dan wewenang, merumuskan aturan hubungan kerja.
c.   Fungsi koordinasi, yang berupaya menstabilisasi antara berbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk menjamin pelaksanaan dan berhasil program pendidikan.
d.    Fungsi motivasi (penggerakkan), yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi proses dan keberhasilan program pelatihan.
e. Fungsi control, yang berupaya melakukan pengawasan, penilaian, monitoring, perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan dalam sistem manajemen pendidikan tersebut.

              Strategi Sistem dalam Pendidikan
Dari sudut pola piker sistem dalam pendidikan, maka terdapat 3 komponen utama yang saling mendukung, yakni: (1) sistem perencanaan yang berkenaan dengan identifikasi input, spesifikasi hasil yang diharapkan, dan mengembangkan indicator perilaku; (2) sistem pemrograman yang berkenaan dengan memilih alternative komponen, integrasi komponen, dan uji validasi sistem; (3) sistem manajemen, yang berkenaan dengan monitoring dan evaluasi, analisis data, desain perubahan dan penyesuaian. Ketiga sistem tersebut terkait, dan sistem manajemen menunjang sistem perencanaan dan sistem pemrograman; yang merupakan sistem terpadu.
  • Sistem Pembangunan
  1.  Mempertimbangkan memilih alternative
  2. Integrasi komponen terpilih
  3. Uji dan faliditas sistem
  • Sistem Manajemen
  1. Sistem monitoring dan evaluasi hasil 
  2. Analisis data monitoring dan evaluasi 
  3. Design dan introduksi perubahan dan penyesuaian yang dikehendaki
  • Sistem Perencanaan
  1. Identifikasi input
  2. Spesifikasi hasil yang diharapkan
  3. Mengembangkan indicator perilaku
2.3.4  Implikasi Manajemen Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum
Manajemen pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas keterlaksanaan sistem proses belajar mengajar, yang meliputi administrasi kurikulum, program ketenagaan, program sarana dan prasarana, program pembiayaan dan program hubungan dengan masyarakat. Kelima jenis program tersebut mempunyai implikasi tertentu dalam kerangka pengembangan kurikulum.
Administrasi kurikulum yang mencakup sistem penyampaian, media dan bimbingan diperlukan faktor pertimbangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Administrasi kurikulum (dalam arti sempit) merupakan kegiatan-kegiatan administratif yang bersifat teknis memberikan dukungan yang cukup besar dalam proses manajemen kurikulum, sebagaimana halnya dengan administrasi perkantoran bersama dengan berbagai instrument yang memadai.
Program ketenagaan, meliputi semua unsur  ketenagaan yang terlibat dalam proses perencanaan, pelaksaan dan evaluasi kurikulum, baik dari lingkungan departemental/ins-tansional, maupun dari lingkungan sistem sekolah, baik dari kelompok ahli dari berbgai bidang, dan lembaga kemasyarakatan dan orang tua. Kebutuhan ketenagaan dalam jumlah dan kualitas kemampuan dirancang dan direncanakan secara seksama. Unsur tenaga ahli kurikulum, pejabat instansi, ahli dalam bidang studi, supervisor dan administrator yang berpengalaman sangat dibutuhkan dalam rangka kegiatan dan proses perencanaan kurikulum. Administrator sekolah, pada pengawas dan guru-guru harus disiapkan sedemikian rupa agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya dalam kerangka implementasi  kurikulum di sekolah/lembaga pendidikan lainnya. Para pakar kurikulum, konsultan dan unsur-unsur terkait harus disiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas monitoring dan evaluasi kurikulum. Itu sebabnya, program ketenagaan merupakan faktor kunci dalam pengambangan kurikulum secara keseluruhan.
Program sarana dan prasarana, berkenaan dengan semua fasilitas perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Dalam rangka kegiatan perencanaan kurikulum diperlukan fasilitas ruangan pertemuan serta perlengkapan perkantoran yang memenuhi persyaratan kualitas. Dalam rangka implementasi kurikulum dibutuhkan bantuan sekolah, perlengkapan dan peralatan pendidikan/pembelajaran yang layak dan dalam jumlah yang cukup memadai. Hal serupa juga bertalian dengan kebutuhan fasilitas, perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan evaluasi dan perbaikan kurikulum. Jumlah dan jenis fasilitas berkualitas, perlengkapan dan peralatan supaya direncanakan sesuai dengan kebutuhan kurikulum untuk masing-masing jenjang dan satuan pendidikan.
Program pembiayaan, merupakan unsur penunjang yang sangat penting dalam kerangka pengembangan kurikulum, dan perlu direncanakan secara teliti dan seksama. Program pembiayaan itu berkenaan dengan kebutuhan biaya untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Program ini meliputi biaya unsur ketenagaan, pengadaan fasilitas, perlengkapan dan peralatan, biaya yang berarti, program pembiayaan pengembangan kurikulum secara menyeluruh.
Program hubungan dengan masyarakat, meliputi pengembangan kurikulum secara nasional, pengembangan kurikulum tingkat provinsi, pengembangan kurikulum tingkat daerah kabupaten, dan pengembangan kurikulum tingkat sekolah sebagai kurikulum unggulan, pada gilirannya perlu melibatkan masyarakat pada semua jenjang social. Hal ini perlu deprogram pola dan struktur hubungan , kerjasama, dan kemitraan antara lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk lembaga bisnis dan industry. Bila hubungan itu harmonis dan efektif, maka pihak masyarakat bersedia memberikan kontribusi dalam proses, pengembangan kurikulum, dan memberikan kemudahan untuk mensosialisasikan kurikulum kepada masyarakat.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Bahwa administrasi dan supervisi adalah dua bidang tugas dalam penyelenggaraan pendidikan yang saling membutuhkan dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Disamping itu dalam rumusan administrasi terkandung lima konsep pokok yakni (1) Administrasi sebagai suatu proses keseluruhan; (2) Manusia yang terlibat dalam proses administrasi; (3) Proses administrasi senantiasa bertujuan; (4) Administrasi dilaksanakan dalam bentuk kerjasama; dan (5) Proses administrasi perlu dukungan peralatan dan perlengkapan.
Dalam konsep manajemen pendidikan pada umumnya dapat dipahami dengan cara merumuskan definisi pendidikan, rumusan tujuan pendidikan, penjelasan tentang sasaran pendidikan, pelaksana proses pendidikan, cara dan prosedur yang ditempuh dalam proses pendidikan. Manajemen sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan mencakup program kurikulum, program ketenagaan, program pengadaan fasilitas, program pelayanan dan program hubungan dengan masyarakat. Tujuannya adalah menyusun suatu sistem pengelolaan yang meliputi administrasi dan organisasi kurikulum, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan dengan masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar