BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Administrasi dan
supervisi adalah dua bidang tugas dalam penyelenggaraan pendidikan yang saling
membutuhkan dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif.
Tujuan
utama dari administrasi ialah mengorganisasikan
dan mengoperasikan
tugas sekolah sehingga pengajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya. Secara
intuitif, administrasi terasa mendahului supervisi dalam arti bahwa beberapa
bentuk organisasi dan perlengkapan untuk manajemen sekolah adalah perlu sebelum
suatu program pengajaran diadakan secara memuaskan. Banyak aktivitas
administrasi menentukan implikasi kegiatan supervisi. Garis antara tanggung
jawab administratif dan supervisi sering kali tidak dapat dipisahkan dengan
jelas. Barang kali perbedaan dapat diadakan bahwa supervisi terjadi apabila
kepala sekolah misalnya telibat dalam memberikan dorongan atau membantu
guru-guru dalam perbaikan pengajaran, sedangkan administrasi berbentuk
manajeman sekolah yang menyediakan kemudahan bagi perbaikan pegajaran tersebut.
Dalam arti ini
administrasi seolah-olah lebih penting daripada supervisi pendidikan. Namun apabila diingat,
bahwa misi utama sekolah adalah pendidikan, yaitu menyediakan program dan
kegiatan belajar mengajar untuk kepentingan anak sesuai dengan tujuan
pendidikan, maka supervisi menempti peran sentral di sekolah. Sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Indonesia, dari jaman
dahulu sampai sekarang,kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin dalam sektor
pendidikan terutama dalam hal administrasi dan supervisi pendidikan mengalami
perkembangan dan perubahan.adapun perubahan-perubahan tersebut bisa dilihat
dalam tujuan, scope (luasnya tanggung
jawab/kewajiban) dan perubahan dalam sifatnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud Konsep Administrasi dan Supervisi Kurikulum?
2. Apa yang
dimaksud Konsep Manajemen Pendidikan?
3. Apa tujuan
dan fungsi Manajemen Pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan
arti Konsep Administrasi dan Supervisi Kurikulum.
2. Menjelaskan
arti Konsep Manajemen Pendidikan.
3. Menjelaskan
tujuan dan fungsi Manajemen Pendidikan.
BAB II
BAHASAN
2.1 Konsep
Administrasi Kurikulum
2.1.1 Konsep
Administrasi
Tonggak-tonggak
peradaban manusia menunjukkan, bahwa studi tentang “administrasi” telah sejak
lama dilakukan orang karena administrasi itu sendiri memang sudah ada sejak
timbulnya peradaban manusia. Karena itu tidak heran, jika studi ini telah
mengembangkan berbagai pandangan yang dituangkan ke dalam teori administrasi.
Berbagai rumusan telah banyak dikemukakan, yang kadang-kadang satu dnegan
lainnya saling bertentangan, atau berbeda baik secara gradual maupun secara
prinsipil.
Salah satu rumusan yang
pernah dikemukakan oleh
Sodang S. Siagian bahwa “administrasi” didefinisasikan sebagai keseluruhan
proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Rumusan ini
cukup menarik untuk mendapat kajian lebih lanjut guna memahami konsep
administrasi.
Dalam rumusan tersebut
terkandung paling tidak lima konsep pokok, yakni (1) Administrasi sebagai suatu
proses keseluruhan; (2) Manusia yang terlibat dalam proses administrasi; (3)
Proses administrasi senantiasa bertujuan; (4) Pada prinsipnya administrasi
dilaksanakan dalam bentuk kerjasama; (5) Proses administrasi memerlukan
dukungan peralatan dan perlengkapan. Konsep-konsep tersebut akan dikaji lebih
lanjut dalam uraian berikut:
Administrasi
sebagai suatu proses keseluruhan
Suatu proses pada
dasarnya adalah serangkaian kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Tentang kapan berakhirnya proses tersebut seringkali sulit
diketahui termasuk oleh pelakunya sendiri. Oleh sebab itu beitu selesai
kegiatan maka akan diikuti oleh kegiatan selanjutnya, demikian seterusnya.
Rangkaian kegiatan itu seolah-olah tak pernah berunjung.
Proses adminitrasi
adalah suatu keseluruhan yang terpadu. Di dalam keseluruhan itu terdapat
sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Dalam proses
administrasi yang menyeluruh ini akan kita temukan berbagai komponen, seperti:
tujuan yang hendak dicapai, manusia yang berusaha mencapainya,
kegiatan-kegiatan pelaksanaan dan tugas-tugas yang harus dicapai,
kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan, alat, fasilitas, biaya, tenaga, waktu
dan komponen luar yakni masyarakat yang berada di luar proses itu sendiri punya
pengaruh terhadap proses administrasi.
Manusia
yang terlibat dalam proses administrasi
Administrasi
dilaksanakan bersama-sama oleh sekelompok manusia, yang bekerjasama atas dasar
rasionalitas tertentu. Rasionalitas itu sendiri tentu bermacam-macam bentuknya.
Mereka bekerjasama untuk mencapai tujuan dan tentunya didorong oleh motivasi,
baik intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi kebersamaan menyebabkan manusia
bersatu dan bekerjasama. Motivasi itu bisa timbul dari diri sendiri atau tumbuh
berkat pengaruh faktor-faktor luar, seperti: persamaan pandangan hidup,
persamaan tingkat pendidikan, status ekonomi dan pandangan politik. Pengaruh
juga dapat bersumber dari faktor geografis, tempat tinggal, agama, bahasa,
struktur masyarakat yang homogen, dsb. Karena adanya kebutuhan mendesak, maka
dua orang atau lebih bermufakat untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Sejak adanya pemufakatan dan usaha itu, sejak itu pula dimulainya
proses administrasi.
Proses
administrasi senantiasa bertujuan
Tujuan merupakan hasil
yang diinginkan, artinya hasil yang ingin diperoleh oleh orang-orang yang
terlibat daam proses administrasi. Tanpa tujuan, maka kegiatan administrasi
tidak punya sasaran. Selain dari itu, umumnya tujuan administrasi menjadi dasar
dalam menentukan jenis dan bentuk kegiatan administrasi yang akan dilakukan.
Penentuan tujuan proses
administrasi dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya, atau oleh
pihak luar. Tujuan yang ditentukan umumnya lebih mendorong mereka mencapainya,
sebab mereka menyadari makna tujuan itu demi kepentingan mereka. Penentuan tujuan
dengan cara ini lebih demokratis. Akan tetapi tujuan juga dapat ditentukan oleh
pihak luar, seolah-olah dipaksakan. Bila tujuan ditetapkan oleh pihak luar yang
tidak terlibat dalam proses administrasi, berarti yang terlibat hanya
orang-orang yang merencanakan dan melaksanakan kegiatan administrasi saja.
Bahkan mungkin bentuk dan jenis kegiatan yang harus dilaksanakan telah
ditetapkan oleh pihak luar.
Pada prinsipnya proses
administrasi perlu dikembangkan pembagian tugas pelaksanaan di kalangan para anggota
yang terlibat dalam proses itu. Pelaksanaan tugas-tugas itu akan berjalan lebih
efisien dan produktif jika mereka mengembangkan kerjasama sebaik-baiknya. Pada
hakikatnya ‘kerjasama’ juga merupakan metode pencapaian tujuan administrasi.
Hanya saja pengembangan kerjasama pertama, para anggota lebih menyadari manfaat
kerjasama itu bagi usaha pencapaian tujuan, sedangkan bentuk kerjasama kedua
karena dipaksakan maka kemungkinan
timbulnya antagonisme. Menurut pandangan demokrasi, pembagian dan pelaksanaan
tugas melalui kerjasama sukarela akan lebih berhasil dibandingkan dengan
kerjasama paksaan.
Proses
administrasi memerlukan dukungan peralatan dan perlengkapan
Dalam hal ini tercakup
juga masalah waktu, tempat, materi dan lainnya. Peralatan dan perlengkapan yang
akan digunakan ditentukan berdasarkan faktor-faktor, seperti: tujuan yang
hendak dicapai, jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, jumlah orang yang
terlibat dalam proses, dan bentuk kerjasama yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas-tugas.
Jika proses administrasi hanya membutuhkan sedikit saja perlengkapan dan
peralatan, tetapi mencapai hasil optimal, maka diartikan bahwa proses itu telah
berlangsung secara efisien dan produktif. Jika sebaliknya, maka proses
administrasi tidak berjalan efisien, sehingga diperlukan peninjauan kembali
tujuan, kegiatan, dan orang-orang yang terlibat dalam proses administrasi itu.
Administrasi pendidikan
sebagai proses sosial
Pengertian administrasi
yang dikemukakan di atas berlaku pula alam administrasi pendidikan.
Administrasi adalah suatu proses sosial yang berlangsung dalam konteks sistem
sosial tertentu (Castetter 1971: 9-10) proses itu dapat dilihat dari tiga segi,
yakni: secara struktural, secara fungsional dan secara operasional. Secara
struktural, administrasi dipandang sebagai hubungan antara atasan dan bawahan
dalam sistem sosial. Secara fungsional, meninjau hubungan hirarkis itu dalam
rangka pembagian dan integrasi peranan-peranan dan fasilitas dengan maksud
mencapai tujuan sistem. Secara operasional, proses administrasi berkenaan
dengan interaksi antara person to person,
di dalam situasi mana terjadi saling pengaruh mempengaruhi.
Proses administrasi
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan kepengawasan.
Proses-proses tersebut dilaksanakan oleh administrator dalam rangka proses
personal dan pengoperasian suatu organisasi.
Pada
umumnya kegiatan-kegiatan administrasi dalam sistem sekolah dapat dikategorikan
menjadi lima bidang dan kegiatan, yakni:
- Kegiatan di bidang program instruksional
Bidang kegiatan ini menjadi tanggung jawab
administrator sebab itu erat kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum. Penyusunan
program instruksional, menjadi tanggung jawab kepala sekolah dengan bantuan
guru-guru dan staf sekolah yang lain.
- Kegiatan di bidang personal
Tenaga personil sekolah merupakan tenaga pelaksana
program pendidikan dan kurikulum di sekolahg bersangkutan. Bidang ini perlu
dikelola dengan baik, mulai dari pengadaan, penempatan, dan pembinaannya.
- Kegiatan dalam dukungan logistik
Dukungan logistik harus mendapat perhatian dalam
kegiatan admininstrasi pendidikan. Tanpa dukungan logistik jumlah dan kualitas
yang memadai, maka pelaksanaan kurikulum akan mengalami hambatan. Karena itu,
masalah pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan bidang logistik harus mendapat
perhatian admininstrasi.
- Perencanaan
Sekolah harus memiliki perecanaan yang matang dan
lengkap dalam bidang pendidikan dan kurikulum. Rencana tersebut meliputi rencan
tahunan, rencana triwulanan,rencana bulanan, bahkan sampai pada rencana. Dan
semua rencana tersebut harus menjadi perhatian admininistrator dengan
melibatkan seluruh staf sekolah dan masyarakat.
- Hubungan dengan pihak luar
Pihak luar seperti orang tua siswa, instansi
pemerintah, badan usaha swasta, dan institusi masyarakat lainnya sesungguhnya
besar peranannya dalam perencanaan dan pengembangan program pendidikan dan
kurikulum. Karena itu kerjasama dengan pihak luar perlu dibina.
2.1.2 Pendekatan
dalam Administrasi
Kurikulum
Dalam
bab ini akan dibahas tiga kategori pendekatan yang diterapkan dalam
administrasi kurikulum, yakni: (1) pendekatan produktif, demokrasi, dan
humanistic (2) pendekatan sistematik
(klasik),
romantic dan modern (3) pendekatan direktif, in service dan sistematik. Ketiga kategori pendekatan ini masing-masing
mempunyai ciri-ciri khas dan mempunyai implikasi tertentu terhadap kurikulum.
1.
Pendekatan Produktif, demokrasi dan humanistik
Ketiga
pendekatan ini banyak di gunakan dalam bidang perencanaan penddikan, baik pada
tingkat makro, struktural,
mikro, dan individual.
a. Pendekatan
Produktif
Ciri-ciri
pendekatan produktif:
- Berorientasi pada kepentingan produksi sesuai dengan tuntutan industri
- Bertujuan membentuk tenaga kerja yang mampubekerja dalam bidang industri, dimana mesin menjadi alat utama.
- Mengutamakan penidikan keterampilan yang bersifat produktif.
- Pada hakikanya anak manusia identik dengan mesin merupakan atau bagian dari mesin sangat penting. Kebutuhan, minat dan motivasi sebagai manusia diabaikan.
b. Pendekatan
Demokrasi
Ciri-ciri
pendekatan demokrasi:
- Berorientasi pada kehidupan demokrasi, yang mengutamakan prinsip kebebasan bagi setiap orang.
- Pendidikan bertujuan mempersiapkan warga Negara yang cerdas (inteligen) dan berkepribadian, yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
- Pendidikan inteligensi berguna bagi anak, baik sebagai manusia maupun untuk kepribadianya sebagai warga masyarakat.
- Nilai-nilai manusia, kultural dan kepentingan produktifitas mendapat perhatian yang imbang.
- Setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan kemampuanya masing-masing.
- Demokrasi yang berlaku di sekolah-sekolah kita adalah demokrasi berlandaskan pancasila.
c. Pendekatan
Humanistik
Ciri-ciri
pendekatan humanistik:
- Berorientasi pada kultural, sistem nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
- Pendidikan terutama menekankan pada pembentukan kepribadian yang baik.
- Menilai manusia yang pada dasarnya, adalah baik dan oleh karenanya perlu diberi lingkungan yang baik untuk mempertahankan nilai-nilai manusiawinya.
- Sekolah sangat dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh suasana masyarakat sekitarnya, bahkan merupakan cerminnya masyarakat.
2.
Pendekatan
Sistematik, Romantic dan Modern
a. Pendekatan
Sistematik (klasik)
Ciri-ciri
pendekatan sistematik:
·
Pengajaran berlangsung
secara klasikal
·
Kepemimpinan kelas
bersifat otokreatis
·
Guru bersifat
konservatif,
·
Pengajaran menitik
beratkan pada mata pelajaran,
·
Guru mendominasi kelas
·
Guru menggunakan alat
pembantu atau alat peraga,
·
Disiplin kelas
dilakukan secara ketat
·
Pengembangan aspek
keterampilan
·
Guru yang paling aktif
·
Memberikan kepastian
pada para siswa,
·
Persaingan antar
individu siswa
·
Menekankan pada
bimbingan orang lain
·
Pengajaran berorientasi
pada tugas.
b. Pendekatan
Romantic
Ciri-ciri
pendekatan romantic:
·
Belajar secara
individual
·
Menekankan kebebasan
secara mutlak(laisezfaire)
·
Sikap mementingkan diri
sendiri(abdication)
·
Menekankan pada metode
·
Pengajaran berpusat
pada anak
·
Menggunakan audio
visual aids
·
Pelajaran bebas
sekehendak hati, diluar disiplin yang telah digariskan secara sistematik
·
Menggunakan discovery
·
Siswa bersikap reaktif
·
Siswa sering mengalami
kebingungan
·
Melaksanakan kerja sama
·
Anak di arahkan oleh
dirinya sendiri
·
Kebebasan perorangan
·
Mengerjakan hal-hal
bagi diri sendiri
c. Pendekatan
Modern
Ciri-ciri pendekatan
modern:
·
Pengelompokan para
siswa secara fleksibel
·
Semua siswa di tuntut
agar berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar
·
Suasana kelas
berlangsung dalam suasana liberal
·
Kegiatan belajar pada
inquiry
·
Mempergunakan semua
sumber belajar yang mungkin
·
Menitikberatkan pada
belajar pengalaman bukan pada isi pelajaran atau metode mengajar
·
Semua siswa di didik
agar kreatif
·
Anak bersikap
transaktif (saling aksi dan mereaksi)
·
Siswa dihadapkan pada
tingkat probabilitas atau kemungkinan yang menuntut pilihan
· Hubungan di kalangan siswa terarah
pada pertumbuhan atau perkembangan, dimana persaingan antara kelompok dan kerja
kelompok dapat saja di laksanakan
·
Siswa bekerja dalam
bentuk self-fulfilling
·
Menekankan pada
tanggung jawab, bukan keterikatan atau kebebasan mutlak
·
Siswa bekerja sama
dengan rekan dan gurunya.
3.
Pendekatan Direktif, In Service, dan Sistem
Pada
prinsipnya pendekatan direktif adalah pendekatan yang ditentukan oleh atasan,
sedangkan para guru hanya menerima perintah belaka. Lagipula mereka tidak
pernah dipersiapkan untuk melaksanakan kebijaksanaan itu sebelumnya. Pendidikan
in service adalah justru lebih menekankan pada perkembangan staf sebagai
langkah permulaan dalam perbaikan kurikulum.
Pendekatan
sistem adalah usaha yang dilakukan secara terpadu. Sistem adalah suatu
keseluruhan, dimana didalamnya terdapat berbagai komponen yang satu sama lain
saling berinteraksi, berinterelasi dan berinterdependensi, baik antara
komponen-komponen maupun antara komponen dan keseluruhan. Prinsip-prinsip
pendekatan inilah yang dewasa ini banyak dikembangkan dalam studi administrasi
dan evaluasi kurikulum. Berbagai jenis pendekatan tersebut ternyata memang
masing-masing mengandung kelebihan dan kelemahannya.
Pendekatan dalam administrasi kurikulum
PENDEKATAN
|
TUJUAN, ISI,
POLA
|
KLASIFIKASI
PENGEMBANGAN
STAF
|
Mempersiapkan
tenaga yang berkerampilan produktif
Mempersiapkan
tenaga yang berintelejensi tinggi dan berkepribadian
Mempersiapkan
lulusan yang memiliki kepribadian sesuai dengan sistem nilai dan kebudayaan
masyarakat
Mempersiapkan
lulusan menguasai pengetahuan dalam mata pelajaran
Mempersiapkan
lulusan sesuai dengan romantika manusiawi
Mempersiapkan
lulusan yang mampu hidup dalam masyarakat yang dinamis
Mempersiapkan
lulusan yang sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat.
Mempersiapkan
lulusan dengan cara terlebih dulu mengembangkan staf pengajar
Mempersiapkan
lulusan melalui kurikulum yang disusun berdasarkan pemikiran ilmuwan
Mempersiapkan
lulusan dengan mempertimbangkan semua komponen pendidikan
|
2.2 Konsep Supervisi Kurikulum
2.2.1 Pengertian Supervisi Kurikulum
Yang
dimaksud dengan supervisi kurikulum adalah semua usaha yang dilakukan oleh
supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, penggerakan motivasi,
nasehat dan pengarahan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
PBM, yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar siswa. Sasaran supervisi
kurikulum adalah guru yang berkemampuan lebih baik, sedangkan tujuan supervisi
adalah untuk meningkatkan kemampuan guru yang ditandai oleh terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa. Jadi pada dasarnya hasil kegiatan supervisi
kurikulum ditandai oleh hasil belajar siswa. Dengan demikian supervisi
kurikulum pada prinsipnya identik dengan bimbingan professional, oleh sebab itu
lebih menekankan pada pemberian bimbingan dan bantuan pada guru selaku tenaga
professional dan diarahkan agar memiliki kemampuan professional yang lebih
baik, dalam arti lebih efekrtif dan lebih berhasil.
2.2.2 Fungsi Supervisi Kurikulum
Pada dasarnya
supervisi kurikulum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
Pertama, fungsi
edukatif yakni fungsi yang dimaksudkan untuk mendidik guru yang lebih mampu dan
lebih baik kualitasnya sesuai dengan tujuan-tujuan kemampuan profesional,
tuntutan terhadap guru, dan kebutuhan lapangan kependidikan di sekolah.
Kedua, fungsi
kulikuler yakni berkenaan dengan pelaksanaan pengajaran dan peningkatan situasi
belajar-mengajar sehingga memungkinkan siswa belajar lebih efektif.
Ketiga, fungsi
kepebimbingan yakni memberikan bantuan kepada guru-guru agar mampu mengatasi
kesulitannya sendiri.
Keempat,
fungsi administratif yang berkenaan dengan kegiatan kepengawasan dan
kepemimpinan terhadap organisasi guru-guru dalam rangka pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
Kelima,
fungsi pengabdian, yakni berkenaan dengan pengabdian supervisor terhadap
kepentingan sekolah, seperti: membantu guru, siswa dan penyelenggaraan sistem
sekolah secara menyeluruh.
2.2.3. Ciri-ciri Supervisi Kurikulum
Pengertian tentang supervisi
dapat lebih dipahami dengan memahami konsep-konsep dibawah ini, karena
ungkapan-ungkapan itu menggambarkan ciri-ciri supervisi dalam arti yang
sebenarnya.
- Supervisi adalah proses perbaikan pengajaran. Proses itu berlangsung dalam bentuk memberikan rangsangan dan membantu guru agar mereka berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Jadi program supervisi pada hakikatnya adalah salah satu upaya perbaikan instruksional.
- Supervisi memudahkan para siswa belajar. Melalui supervisi disediakan kondisi-kondisi yang memudahkan para siswa belajar secara efektif.
- Supervisi digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan mempelajari dan memperbaiki kondisi-kondisi lingkungan belajar dan pertumbuhan para siswa dan guru.
- Fungsi utama Supervisi adalah untuk membantu situasi belajar bagi siswa. Supervisi merupakan kegiatan pelayanan untuk membantu para guru melaksanakan tugas kewajibannya sebaik mungkin.
- Supervisi adalah penyuluhan orang-orang dengan cara yang kreatif dalam memecahkan masalah, baik masalah perorangan maupun masalah bersama.
2.2.4 Perbedaan antara Administrasi Pendidikan dan
Supervisi Pendidikan
Administrasi pendidikan
berbeda dengan Supervisi pendidikan. Perbedaan itu tampak dalam tiga jenis
pendekatan.
- Persiapan berbeda dengan pelaksanaan
Administrasi pendidikan
berkenaan dengan semua perilaku yang bertalian dengan semua tugas yang
memungkinkan terselenggaranya program pendidikan. Supervisi berkenaan dengan
perilaku tentang pelaksanaan dan perbaikkan program pendidikan agar lebih baik.
Jadi administrasi bertugas menyediakan atau mempersiapkan fasilitas, material,
personal dan kondisi-kondisi instrusional lainnya, sedangkan Supervisi pendidikan
mengamati apakah progam pengajaran dilaksanakan secara efektif atau tidak.
Dapat juga dikatakan bahwa administrasi merupakan mesin dan juga pengelola
program pengajaran, sedangkan Supervisi menangani proses pengajaran itu
sendiri.
- Otoritas bertentangan dengan pelayanan
Pendekatan lainnya untuk
membedakan antara administrasi dan Supervisi adalah, bahwa titik berat
administrasi pada otoritas, sedangkan Supervisi menekankan pada pelayanan
(service). Perbedaan antara kedua pola ini akan tampak lebih jelas dalam
tindakan-tindakan antara seorang administrator dengan seorang supervisor.
Namun anatara administrator
dan supervisor sama-sama bertindak atas dasar perencanaan, diagnosis, dan
inspeksi. Implikasi dari perbedaan tersebut, maka pelaksanaan dibagi menjadi
dua kelompok yakni kelompok administrator dan kelompok supervisor, yang
menuntut persyaratan khusus dalam kepribadian sesuai dengan kedudukannya.
- Keseluruhan dan bagian-bagian
Berdasarkan pendekatan
tersbut dinyatakan, bahwa administrasi merupakan keseluruhan upaya pengelolaan
sekolah, sedangkan Supervisi merupakan bagia dari upaya tersebut yang
didelegasikan kepada orang atau pihak lain oleh top administrator.
Pendelegasian ini bukan disebabkan perbedaan fungsi, tetapi karena
alasan-alasan yang sederhana, yakni Karena terlalu banyak personal yang
bertindak sebagai pemimpin. Ini dapat diartikan, bahwa setiap administrator
adalah seorang supervisor dan setiap supervisor adalah ikut serta secara aktif
dalam kegiatan-kegiatan administrasi. Dengan demikian, antara administrasi dan Supervisi
memiliki hubungan timbal balik, dan berlandasan pada, suatu pendidikan untuk
tercapainya tujuan pendidikan. Jadi sebenarnya mungkin akan menjadi lebih baik,
jika antara administrasi dan Supervisi dipadukan atau dikombiasikan, kendatipun
tetap mengandung resiko.
Keterpaduan antara
administrasi dan Supervisi dalam pelaksanaan program pendidikan tidak jarang
menimbulkan masalah baru, yang justru dapat merugikan program pendidikan itu
sendiri. Sebabnya, ialah sering seorang supervisor bertindak terlalu dalam
kegiatan-kegiatan administrasi, sehingga lupa bahwa dianya seorang
administrator merasa memiliki wewenang yang lebih besar, sehingga dia cenderung
bertindak sebagai pengawas yang berkedok Supervisi. Akibatnya pelaksanaan kedua
tugas tersebut menjadi samar-samar.
2.2.5. Supervisi dan Perbaikan Kurikulum
Dalam konsep kurikulum pada
hakikatnya telah tercakup konsep pengajaran atau proses belajar mengajar.
Perbaikan dalam ditafsirkan telah tercakup masalah perbaikan pengajaran. Supervisi
yang berhasil ditandai oleh adanya perbaikan kurikulum dan pengajaran. Dalam
hal ini keterlaksanaan kurikulum dan pengajaran yang lebih baik merupakan
produk kegiatan supervisi dan efektif. Tapi yang memperbaiki kurikulum itu
sesungguhnya bukan supervisor tetapi sang guru sendiri, yang telah dibimbing
oleh supervisor.
Titik tolak dari perbaikan
kurikulum sekolah bersumber dari “Guru”. Data hubungan ini ada baiknya
dipertanyakan beberapa hal yang bertalian dengan usaha perbaikan pengajaran dan
kurikulum itu. Persoalan-persoalan yang kiranya perlu mendapat sorotan, adalah:
peranan guru sebagai tenaga professional, kemampuan guru professional, guru dan
berbaikan kurikulum, dan hubungan antara guru dan administrator, siswa dan
orang tua murid.
Peranan Guru sebagai Tenaga Profesional. Berdasarkan asumsi bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan
professional, maka implikasinya adalah bahwa setiap guru harus mememnuhi
persyaratan-persyaratan yang ditentukan profesi itu dan harus bekerja secara
professional juga. Dipihak lain seharusnya mendapat imbalan sesuai dengan
kemampuan profesionalnya. Kemampuan-kemampuan itu tentulah harus sejalan dengan
kerangka peranan guru terutama disekolah sebagai lembaga pendidikan
professional.
Kemampuan Guru Profesional. Guru yang baik adalah guru yang berhasil. Guru yang
berhasil dalam pengajaran adalah yang mampu mempersiapkan anak mencapai
tujuannya yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Untuk membawa anak mencapai
tujuan-tujuan itu, setiap guru perlu memiliki berbagai kemampuan atau
kualifikasi professional. Jadi jelas bahwa disamping seorang guru harus memahami
dirinya sendiri, siswa dan masyarakat, maka harus jug memiliki
kemampuan-kemampuan yang berkenaan dengan fungsi pengajaran.
Perbaikan Kurikulum Bermula dari Guru. Berdasarkan asumsi bahwa perbaikan kurikulum harus dimulai dari
komponen manusia yang membina kurikulum itu. Dalam hal ini komponen guru merupakan
sumber baru dalam perbaikan kurikulum. Guru yang paling mengetahui apakah
kurikulum relevan dengan tuntutan dan kebutuhan siswa dan masyarakat.
Sesungguhnya perubahan dan perbaikan adalah merupakan hasil usaha para pendidik
yang bekerja disekolah yang mengalami langsung kebutuhan dan perlunya
perubahan. Dalam kerangka ini, maka guru atau staf sekolah dapat berbuat banyak
dalam menentukan level sekolah, menentukan kebutuhan perbaikan, mengembangkan
tujuan, menentukan level perbaikan yang dapat diterima.
Hubungan guru-administrator orang tua hasil
belajar dan kemajuan siswa ditentukan oleh bentuk hubungan antara guru dan
siswa. Antara guru dan administrator, antara guru dan orang tua murid.
Hubungan
guru-siswa menjadi syarat mutlak, bukan sebagai pembimbing dan yang dibimbing
tetapi juga sebagai partner belajar. Karena itu guru harus memahami siswa yang
dibimbingnya dan sebaliknya siswa harus mengakui kewibawaan pembimbingnya.
Hubungan guru dan administrator haruslah bersikap terbuka sehingga memungkinkan
guru mencari jalan, berkreasi dan berani mencoba sendiri sesuatu usaha
intruksional yang lebih baru yang dipandangnya lebih relevan dengan kegiatannya
selaku guru. Antara keduanya juga memegang sebagai partner yang baik tetapi
denga tugas yang berbeda.
2.3 Konsep Manajemen Pendidikan
2.3.1 Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu
dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan.
Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi, yang saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
nasional.
Proses pendidikan
berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan mutu sumber daya manusia,
sedangkan manusia bermutu itu pada hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan
secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri
searah dengan tujuan pembangunan secara keseluruhan.
Untuk memahami
konsep pendidikan secara umum, maka dapat diajukan berbagaio pertanyaan sebagai
berikut.
- Apa: Apa yang dimaksud dengan pendidikan? Pertanyaan ini menuntut jawaban mengenai definisi pendidikan.
- Mengapa: pertanyaan tentang apa tujuan pendidikan yang hendak dicapai? Jawaban atas pertanyaan ini adalah rumusan berbagai aspek tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
- Untuk siapa: pertanyaan ini berkenaan dengan siapa yang menjadi sasaran pendidikan? Jawaban atas pertanyaan ini adalah konsep peserta didik.
- Oleh siapa: pertanyaan ini bertalian dengan siapa yang melaksanakan proses pendidikan? Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah pemahaman mengenai tenaga kependidikan.
- Bagaimana: pertanyaan ini berkenaan dengan cara dan prosedur yang ditempuh dalam proses pendidikan. Jawaban atas pertanyaan ini adalah pemahaman tentang konsep kurikulum, pembelajaran dan belajar.
Suatu rumusan baku
secara nasional, pendidkan adalah usaha sadar5 untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan dating. (UU RI, No.2 tahun 1989,bab I, Ps. 1).
Dalam rumusan ini
ada empat hal yang perlu digaris bawahi yang dianggap penting dan sekaligus
menggambarkan karakteristik pendidikan.
Usaha Sadar artinya semua upaya dan kegiatan yang
dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan dirancang secara mantap, lengkap,
jelas dan utuh berdasarkan pertimbangan yang rasional dan objektif, bukan
berdasarkan pada ketidaksengajaan, atau bersifat incidental, atau coba-coba
tanpa pertanggung jawaban. Kesadaran bukan hanya dilandasi oleh data/informasi
yang akurat, tetapi menyangkut kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya
pendidikan bagi anak didik, dan generasi mendatang dan bagi pembangunan dewasa
ini. Berkat kesadaran ini pula, proses pendidikan harus dilaksanakan secara
sungguh-sungguh.
Penyiapan sebagai fungsi
pendidikan. ‘menyiapkan’ berarti upaya atau tindakan yang dilaksanakan
sebagai tahap persiapan, bukan sebagai tujuan melainkan proses, yang pada
akhirnya peserta didik berada dalam keadaan siap untuk melakukan perannya. Pada
tahap pentiapan ini sudah tentu terdapat peserta didik (yang sedang
dipersiapkan) dan tenaga kependidikan
(yang bertugas melakukan tindakan penyiapan), dan hubungan antara kedua eksponen
tersebut berlangsung dalam proses interaksi belajar mengajar, dan proses saling
pengaruh mempengaruhi secara edukatif.
Peserta didik. Komponen ini
menjadi masukan ke dalam proses pendidikan. Peserta didik dilihat dari segi
atau pendekatan social, psikologis dan edukatif. Dilihat dari pendekatan
social, setiap peserta didik adalah makhluk social, calon warga masyarakat.
Dilihat dari segi edukatif, setiap peserta didik memiliki hak dan kewajiban
dlam rangka system pendidikan yang menyeluruh dan terpadu.
Bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan. Dalam hal ini ada tiga istilah yang pengertiannya berbeda
tetapisaling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bimbingan (guidance),
pada mulanya didefinisikan, sebagai berikut: bimbingan di sekolah menengah
menunjuk ke aspek program pendidikan yang berkenaan khusus dengan pemberian
bantuan kepada siswa untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang ada dan
merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan
sosialnya.
Tentunya masih
banyak definisi lainya yang pernah dikemukakan oleh para pakar dalam bidang
bimbingan dan penyuluhan, yang perlu kita telusuri lebih lanjut. Pengertian
‘pengajaran’ pada hakikatnya berkenaan dengan mengajar dan belajar. Mengajar
dan belajar adalah proses dalam pendidikan terhadap seorang siswa yang menuntut
interaksi antara guru dan siswa. Pada masa lampau metode-metode pengajaran
terutama dipertimbangkan dari segi kebutuhan dan penyampaian informasi kepada siswa dan sedikit yang
dilakukan untuk meneliti atau membantu proses belajar. Dewasa ini terdapat
bermacam-macam metode mengajar mulai dari pemberian informasi dari guru kepada
kelompok besar dan kelompok kecil siswa sampai pada metode yang
individualisasikan, dimana siswa bekerja dengan self-teaching situation, mengontrol informasi yang diperolehnya dan
menguji dirinya sendiri. Pengertian ’latihan’ (training) adalah suatu proses yang menggunakan berbagai teknik
untuk mencapai perilaku yang efektif dalam tugas atau perangkat tugas tertentu.
Latihan menitikberatkan pada pengembangan abilitas perseorangan. Latihan
biasanya menjadi bagian dari system perencanaan tenaga kerja, yang fungsinya
terutama menyediakan orang-orang yang terlatih sesuai dengan kebutuhan
organisasi dalam upaya mencapai tujuannya.
Hasil pendidikan; produk yang
hendak dihasilkan melalui proses pendidikan adalah para lulusan yang memiliki
kemampuan melaksanakan perannya untuk masa yang akan dating. Peranan ber kenaan
dengan jabatan atau pekerjaan tertentu, sedangkan pekerjaan itu sendiri
bertalian dengan lapangan atau dunia kerja di masyarakat.
Sistem pendidkan; keseluruhan
aspek/komponen yang telah dikemukakan di atas pada hakikatnya saling berkaitan
dalam suatu sistem pendidikan yang menyeluruh, bahkan merupakan keterpaduan
secara utuh.
- Konsep Manajemen Pendidikan
- Pengertian
a.
Manajemen pendidikan sebagai
suatu sistem atau proses pengelolahan.
Kegiatan-kegiatan
pengelolahan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses
belajar mengajar yang baik, yang mencakup:
- Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode penyampaian, sistem evaluasi, sistem bimbingan;
- Program ketenagaan
- Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan;
- Program pembiayaan;
- Program hubungan dengan masyarakat.
b. Manajemen pendidikan sebagai
suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan (human
engineering) dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan. Suatu proses
belajar mengajar yang relevan, efektif dan efisien dapat terjadi bila
dilengkapi dengan sarana yang terbentuk satu wadah organisasi dan ditunjang
oleh:
- Kelompok pimpinan dan pelaksanaan;
- Fasilitas dan alat pendidikan;
- Program pendidikan dengan sistem pengelolahan yang mantap.
c.
Pendekatan sistem dalam manajemen
pendidikan sebagai akibat dari dianutnya pendekatan sistem dalam pendidikan.
Sistem pendidikan adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan
yang lainnya saling berhubungan dan bergantung didalam mengemban tugas untuk
mencapai tujuan pada sistem tersebut. Unsur-unsur dari luar yang memasuki
sistem dan kemudian mengalami proses disebut keluaran atau output.
2.
Pendekatan Sistem
Proses Pendidikan
1)
Unsur peserta sebagai bahan
mentah (row input) yang akan berubah, sebagai akibat dari proses pendidikan
yang berlangsung didalam sistem.
2)
Unsur tujuan pendidikan yang
merupakan sasaran yang akan dicapai atau hasil proses pelatihan atau output
yang keluar dari sistem.
3)
Unsur instrument (instrumental
input) yang menentukan hasil dari sistem pendidikan mencakup:
a.
Kurikulum yang meliputi:
·
Organisasi dan pendekatan
·
Administrasi dan struktur program
·
Materi dan kurikulum
·
Metode dan strategi pembelajaran
b.
Evaluasi
c.
Pengelolaan
d.
Ketenagaan
e.
Bimbingan dan pembinaan
f.
Pembiayaan
g.
Fasilitas dan alat-alat
pendidikan
4)
Unsur lingkungan, misalnya:
lingkungan organisasi dan masyarakat serta kultural, yang merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap proses pendidikan yang sedang berlangsung.
3.
Tujuan Manajemen
Pendidikan
Sesuai dengan
uaraian-uraian terdahulu yang berhubungan pengertian dan hakikat manajemen
pendidikan, maka tujuan manajemen pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Secara umum, manajemen pendidikan
bertujuan untuk menyusun suatu sistem pengelolaan yang meliputi:
- Administrasi dan Organisasi Kurikulum
- Pengelolaan dan ketenagaan
- Pengelolaan sarana dan prasarana
- Pengelolaan pembiayaan
- Pengelolaan media pendidikan
- Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang manajemen keterlaksanaan proses pembelajaran yang relevan, efektif dan efisien yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
b.
Secara khusus manajemen,
pendidikan bertujuan terciptanya sistem pengelolaan yang relevan, efektif dan
efidsien yang dapat dilaksanakan dan mencapai sasaran dengan suatu pola
struktur organisasi pembagian tugas yang jelas antara pimpinan/pengelolaan
program, tenaga pelatih, fasilitator, tenaga perpustakaan, tenaga teknis
lainnya, tenaga tata usaha, dan tenaga Pembina/pembimbing.
c.
Lancarnya pengelolaan program
pendidikan.
d.
Keterlaksanaan proses
pembelajaran berdasarkan pendekatan cara belajar siswa aktif.
4.
Fungsi-fungsi
Manajemen Pendidikan
Manajemen
pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses pendidikan khususnya
dengan pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hubungan ini, terdapat beberapa
fungsi manajemen pendidikan, sebagai berikut:
a. Fungsi perencanaan, mencakup
berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategis pencapaian tujuan,
menentukan isi program pendidikan, dll.
b. Fungsi organisasi meliputi
pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, distribusi tugas dan tanggung
jawab pengelolaan secara integral. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan-kegiatan:
mengidentifikasi jenis dan tugas tanggung jawab dan wewenang, merumuskan aturan
hubungan kerja.
c. Fungsi koordinasi, yang berupaya
menstabilisasi antara berbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk
menjamin pelaksanaan dan berhasil program pendidikan.
d. Fungsi motivasi (penggerakkan),
yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi proses dan keberhasilan program
pelatihan.
e. Fungsi control, yang berupaya
melakukan pengawasan, penilaian, monitoring, perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan
dalam sistem manajemen pendidikan tersebut.
Strategi Sistem dalam Pendidikan
Dari sudut pola
piker sistem dalam pendidikan, maka terdapat 3 komponen utama yang saling
mendukung, yakni: (1) sistem perencanaan yang berkenaan dengan identifikasi input,
spesifikasi hasil yang diharapkan, dan mengembangkan indicator perilaku; (2)
sistem pemrograman yang berkenaan dengan memilih alternative komponen,
integrasi komponen, dan uji validasi sistem; (3) sistem manajemen, yang
berkenaan dengan monitoring dan evaluasi, analisis
data, desain perubahan dan penyesuaian. Ketiga sistem tersebut terkait, dan
sistem manajemen menunjang sistem perencanaan dan sistem pemrograman; yang
merupakan sistem terpadu.
|
|
|
2.3.4 Implikasi Manajemen
Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum
Manajemen
pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
keterlaksanaan sistem proses belajar mengajar, yang meliputi administrasi
kurikulum, program ketenagaan, program sarana dan prasarana, program pembiayaan
dan program hubungan dengan masyarakat. Kelima jenis program tersebut mempunyai
implikasi tertentu dalam kerangka pengembangan kurikulum.
Administrasi
kurikulum yang mencakup sistem penyampaian, media dan bimbingan diperlukan
faktor pertimbangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kurikulum. Administrasi kurikulum (dalam arti sempit) merupakan kegiatan-kegiatan
administratif yang bersifat teknis memberikan dukungan yang cukup besar dalam
proses manajemen kurikulum, sebagaimana halnya dengan administrasi perkantoran
bersama dengan berbagai instrument yang memadai.
Program
ketenagaan, meliputi semua unsur ketenagaan
yang terlibat dalam proses perencanaan, pelaksaan dan evaluasi kurikulum, baik
dari lingkungan departemental/ins-tansional, maupun dari lingkungan sistem
sekolah, baik dari kelompok ahli dari berbgai bidang, dan lembaga
kemasyarakatan dan orang tua. Kebutuhan ketenagaan dalam jumlah dan kualitas
kemampuan dirancang dan direncanakan secara seksama. Unsur tenaga ahli
kurikulum, pejabat instansi, ahli dalam bidang studi, supervisor dan
administrator yang berpengalaman sangat dibutuhkan dalam rangka kegiatan dan
proses perencanaan kurikulum. Administrator sekolah, pada pengawas dan
guru-guru harus disiapkan sedemikian rupa agar mampu melaksanakan
tugas-tugasnya dalam kerangka implementasi
kurikulum di sekolah/lembaga pendidikan lainnya. Para pakar kurikulum,
konsultan dan unsur-unsur terkait harus disiapkan untuk melaksanakan
tugas-tugas monitoring dan evaluasi kurikulum. Itu sebabnya, program ketenagaan
merupakan faktor kunci dalam pengambangan kurikulum secara keseluruhan.
Program sarana
dan prasarana, berkenaan dengan semua fasilitas perlengkapan dan peralatan yang
dibutuhkan dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum.
Dalam rangka kegiatan perencanaan kurikulum diperlukan fasilitas ruangan
pertemuan serta perlengkapan perkantoran yang memenuhi persyaratan kualitas.
Dalam rangka implementasi kurikulum dibutuhkan bantuan sekolah, perlengkapan
dan peralatan pendidikan/pembelajaran yang layak dan dalam jumlah yang cukup
memadai. Hal serupa juga bertalian dengan kebutuhan fasilitas, perlengkapan dan
peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan evaluasi dan perbaikan
kurikulum. Jumlah dan jenis fasilitas berkualitas, perlengkapan dan peralatan
supaya direncanakan sesuai dengan kebutuhan kurikulum untuk masing-masing
jenjang dan satuan pendidikan.
Program
pembiayaan, merupakan unsur penunjang yang sangat penting dalam kerangka
pengembangan kurikulum, dan perlu direncanakan secara teliti dan seksama.
Program pembiayaan itu berkenaan dengan kebutuhan biaya untuk perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Program ini meliputi biaya unsur
ketenagaan, pengadaan fasilitas, perlengkapan dan peralatan, biaya yang
berarti, program pembiayaan pengembangan kurikulum secara menyeluruh.
Program hubungan
dengan masyarakat, meliputi pengembangan kurikulum secara nasional,
pengembangan kurikulum tingkat provinsi, pengembangan kurikulum tingkat daerah
kabupaten, dan pengembangan kurikulum tingkat sekolah sebagai kurikulum
unggulan, pada gilirannya perlu melibatkan masyarakat pada semua jenjang
social. Hal ini perlu deprogram pola dan struktur hubungan , kerjasama, dan
kemitraan antara lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk
lembaga bisnis dan industry. Bila hubungan itu harmonis dan efektif, maka pihak
masyarakat bersedia memberikan kontribusi dalam proses, pengembangan kurikulum,
dan memberikan kemudahan untuk mensosialisasikan kurikulum kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa
administrasi dan supervisi adalah dua bidang tugas dalam penyelenggaraan
pendidikan yang saling membutuhkan dalam usaha meningkatkan pelayanan
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Disamping itu dalam rumusan
administrasi terkandung lima konsep pokok yakni (1) Administrasi sebagai suatu
proses keseluruhan; (2) Manusia yang terlibat dalam proses administrasi; (3)
Proses administrasi senantiasa bertujuan; (4) Administrasi dilaksanakan dalam
bentuk kerjasama; dan (5) Proses administrasi perlu dukungan peralatan dan
perlengkapan.
Dalam
konsep manajemen pendidikan pada umumnya dapat dipahami dengan cara merumuskan
definisi pendidikan, rumusan tujuan pendidikan, penjelasan tentang sasaran
pendidikan, pelaksana proses pendidikan, cara dan prosedur yang ditempuh dalam
proses pendidikan. Manajemen sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan
mencakup program kurikulum, program ketenagaan, program pengadaan fasilitas,
program pelayanan dan program hubungan dengan masyarakat. Tujuannya adalah
menyusun suatu sistem pengelolaan yang meliputi administrasi dan organisasi
kurikulum, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan sarana dan prasarana,
pengelolaan dengan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar