Senin, 06 Februari 2012

Lingkungan Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Lingkungan (environment) merupakan salah satu unsur/komponen pendidikan. Lingkungan itu bermacam-macam yang satu dengan yang lain saling pengaruh-mempengaruhi berdasarkan fungsinya masing-masing dan kelancaran proses dan hasil pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah upaya yang memang secara sadar terencana yang dilakukan melalui proses untuk mengembangkan potensi dasar secara jasmani dan rohani agar bisa menggapai segala tujuan. Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, baik dalam lingkungan keluarga yaitu orang tua sebagai pendidik di dalam keluarga dan guru di lingkungan sekolah.
Pengaruh serta timbal balik pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sangatlah penting karena itu sangat menentukan kejiwaan serta tingkah laku anak didik dalam kehidupan sosial masyarakat. Pemahaman peranan keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan akan sangat penting dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal. Utamanya pemahaman itu mengenai keterkaitan dan saling pengaruh antar ketiganya dalam perkembangan manusia. Sebab, pada hakikatnya peranan ketiga pusat pendidikan itu selalu secara bersama-sama mempengaruhi manusia. 

1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa definisi dan fungsi dari lingkungan pendidikan?
  2. Apa sajakah yang terdapat dalam tripusat pendidikan?
  3. Bagaimana pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik?
1.3  Tujuan
  1. Mengetahui definisi serta fungsi dari lingkungan pendidikan.
  2. Mempelajari jenis-jenis dari tripusat pendidikan.
  3. Mengetahui adanya pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990:39-40). Seperti diketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin bertambah usia seseorang , peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut.
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Pendidikan Prenatal (pendidikan dalam kandungan)
2.      Pendidikan Postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
1.      Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
2.      Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
3.      Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

2. Lingkungan Sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah. Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
1.      Tanggung jawab formal kelembagaan
2.      Tanggung jawab keilmuan
3.      Tanggung jawab fungsional

3. Lingkungan masyarakat
            Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu:
o   pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi
o   pranata ekonomi, bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
o   pranata politik, bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
o   pranata teknologi, bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
o   pranata moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat.
Seperti halnya di atas, yang dimaksud dengan lingkungan/sekitar ialah semua keadaan, benda-benda, orang-orang, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang ada di sekeliling anak yang mempunyai pengaruh pada perkembangan dan pendidikan anak. Lingkungan seperti yang dimaksud diatas, pada dasarnya dapat kita bedakan dalam dua golongan, yaitu:

a.      Lingkungan Alam
Lingkungan ala mini dapat bersifat klimatologis, geografis, dan juga keadaan tanah. Yang dimaksud dengan lingkungan alam klimatologis adalah yang berhubungan dengan keadaan iklim. Karena pengaruh iklim maka menyebabkan orang mempunyai kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat tertentu.

b.      Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ini masih dibedakan lagi dalam dua macam, yaitu: Lingkungan Sosial Keluarga dan Lingkungan Sosial Masyarakat. Hal-hal dalam lingkungan keluarga yang turut berpengaruh pada pendidikan anak antara lain ialah:
-          Perlakuan orang tua terhadap anak.
-          Kedudukan anak dalam keluarga.
-          Status anak dalam keluarga.
-          Besar kecilnya keluarga.
-          Ekonomi keluarga.
-          Pendidikan orang tua.
Hal-hal dalam lingkungan masyarakat yang turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak, di samping terdapat hal-hal yang memberikan pengaruh positif pada pendidikan dan perkembangan anak, juga banyak hal-hal yang memberikan pengaruh negatif. Sehubungan dengan pengaruh-pengaruh yang bersifat positif dan negative dari masyarakat ini, maka aktivitas pribadi memainkan peranan yang penting. Kemana aktivitas pribadi itu digerakkan, maka kesitu pula arah perkembangan dari seseorang. Disamping pengaruh positif dan negatif itu, masih ada juga hal-hal dalam masyarakat yang member pengaruh kepada perkembangan dan pendidikan anak. Seperti halnya situasi politik, ekonomi, sosial, dan juga situasi keamanan.
Situasi politik, yang memyebabkan negara dalam keadaan perang  atau timbulnya banyak pemberontakkan-pemberontakkan, sering mengakibatkan hambatan dan kekecewaan bagi anak yang sedang membutuhkan pendidikan. Situasi ekonomi kacau, yang menyebabkan kacaunya perekonomian masyarakat, masyarakat menjadi tidak tenang, guru-guru tidak dapat tenang dalam menjalankan tugasnya, akan berpengaruh pula pada dunia pendidikan dan pendidikan anak-anak. Situasi sosial dalam masyarakat tidak tertib, banyak terjadi penyelewengan manipulasi dan korupsi, akan berpengaruh besar terhadap perkembangan jiwa anak kearah hal-hal yang negatif pula. Demikian juga, situasi keamanan yang tidak terjamin, hingga menyebabkan terjadinya banyak pelanggaran norma-norma susila, perampasan-penodongan dan lain sebagainya, akan berpengaruh pada anak kearah sifat-sifat tidak tertib seperti tidak disiplin, bandel, brandalan, dan sebagainya.

2.2  Fungsi Lingkungan Pendidikan
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang secara efisien dan efektif. Seperti diketahui, proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya akan berlangsung secara alamiah dengan konsekuensi bahwa tumbuh kembang itu mungkin berlangsung lambat dan menyimpan dari tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan itu sedemikian rupa agar dapat diperoleh peluang pencapaian tujuan secara optimal, dan dalam waktu serta dengan daya/dana yang seminimal mungkin. Dengan demikian diharapkan mutu sumber daya manusia makin lama semakin meningkat. Hal itu hanya dapat diwujudkan apabila setiap lingkungan pendidikan tersebut dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya.

2.3  Tripusat Pendidikan
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi:
1.      Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2.      Menjamin kehidupan emosional anak
3.      Menanamkan dasar pendidikan moral
4.      Memberikan dasar pendidikan sosial
5.      Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah, merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain. Mengenai penanaman pandangan hidup keagamaan, masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Dalam hal ini biasakanlah anak-anak untuk pergi ke gereja/masjid untuk bersama-sama menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah-khutbah atau ceramah-ceramah agama. Jangan hendaknya penanaman dasar-dasar hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai anak mencapai kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana yang disukai.
2. Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Di sekolah, anak bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang tidak ada hubungan kodrati. Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang bermacam-macam sifat dan perangainya. Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang mempunyai hak-hak yang sama dengan dirinya. Di sekolah anak tidak mempunyai “hak-hak istimewa” seperti halnya dalam keluarga di rumah. Semua anak mempunyai hak yang sama. Semua anak mempunyai kewajiban yang sama. Semua anak diperlakukan yang sama. Di sinilah anak diperkenalkan dengan prinsip-prinsip kehidupan demokratis. Anak-anak dilatih untuk belajar hidup secara demokratis.
Di sekolah, di bawah asuhan guru-guru, anak-anak memperoleh pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, yang akan dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat. Memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak untuk kehidupannya nanti. Inilah sebenarnya tugas utama dari sekolah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
  1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
  2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
  3. Sekolah melaqtih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
  4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ini ada yang bersifat positif terhadap pendidikan anak, tetapi sebaliknya banyak pula yang bersifat negatif. Yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif di sini ialah, segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi anak itu sendiri, maupun baik dan berguna bagi kehidupan bersama.
Pengaruh yang positif dari masyarakat ini banyak kita jumpai dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda, organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa, maupun organisasi-organisasi lain. Baik perkumpulan atau organisasi itu bergerak dalam lapangan kesenian-kebudayaan, olahraga, politik maupun  yang merupakan organisasi biasa yang bersifat menghimpun dan menyatukan para anggota, seperti halnya organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa dari suatu jenis sekolah atau fakultas. Misalnya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Tetapi, perlu ditekankan di sini, bahwa organisasi atau perkumpulan pemuda yang memberikan pengaruh positif ini ialah organisasi atau perkumpulan pemuda yang diorganisasi secara baik dan “legal”. Bukan organisasi atau perkumpulan pemuda yang diorganisasi secara baik dan penuh disiplin, tetapi tidak legal atau “illegal”. Seperti halnya dengan adanya banyak group-group pada akhir-akhir ini, yang gerak tingkah lakunya sebagian besar lebi mendekati dengan “gang-gang” di luar negeri.Sedang yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat negatif ialah, segala macam pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang tidak baik dan merugikan baik, tidak baik dan merugikan bagi pendidikan dan perkembangan anak sendiri.
            Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam masyarakat. Dan anehnya, pengaruh yang negatif ini sangat mudah diterima oleh anak , dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak berandalan. Oleh karena itu menjadi tugas dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap putra-putrinya. Orang tua harus tahu dan mengawasi selalu, dengan siapa anaknya itu bercampur gaul. Bukan maksudnya di sini untuk membeda-bedakan kawan, tetapi justru untuk menjaga, agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang tidak menginginkan.

2.4  Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap
 Perkembangan Peserta Didik                                                                                              
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1.     Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2.     Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3.     Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Disamping peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkanpula keserasian kontribusi itu, serta kerja sama yang erat dan harmonis antar tripusat tersebut berbagai upaya dilakukan agar program-program pendidikan dan setiap pusat pendidikan tersebut saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan lainnya. Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dan sebagainya) yang dapat menjadi landasan pengembangan selanjutnya disekolah dan masyarakat. Di lingkungan sekolah diupayakan berbagi hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orang tua siswa (organisasi orang tua siswa, kunjungan rumah oleh personil sekolah, dan sebagainya). Selanjutnya sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya (siswa ke masyarakat, narasumber dari masyarakat ke sekolah, dan sebagainya). Akhirnya lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan/program yang menunjang/melengkapi program keluarga dan sekolah.
Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberi peluang mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu. Titik kulminasi dari pemikiran tersebut di atas akhirnya dituangkan dalam Kep. Men. Dikbud RI No. 0412/U/1987 tanggal 11Juli 1987 tentang penerapan muatan lokal kurikulum sekolah dasar. Kemudian dikukuhkan oleh UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas (umpamanya pasal 37, 38 ayat 1 ) Jo. PP RI No. 28 Tahun 1990 tentang Dikdas (Pasal 14 ayat 3 dan 4). Muatan nasional kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, dan berlaku sama di seluruh Indonesia (UU RI Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 Pasal 26 ayat 1), beberapa tujuan yang lebih rinci dari muatan lokal tersebut yang dapat dikategorikan dalam dua kelompok, sebagai berikut :
1.      Tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai, yakni:
a. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
b. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan
    pendidikan.
c. Murid dapat menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah yang
    ditemukan di sekitarnya.
d. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
    budaya yang terdapat di daerahnya.
2.      Tujuan-tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya yakni:
a. Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
b. Murid diharapkan dapat menolong orangtuanya dan menolong dirinya
    sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari
    keterasingan terhadap lingkungannya sendiri.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan massyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yaitu membangun manusia Indonesia seluruhnya serta menyiapkan SDM pembangunan yang berlaku.
Keluarga bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Indrakusuma, A.D. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: FIP IKIP
Jawigo. 2010. Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Blogspot.com. (Online). http://jawigo.blogspot.com/2010/05/pengaruh-timbal-balik-antara-sekolah.html, diakses 28 Januari 2012.
Mustafa, Abdul Hamdi. 2011. Lingkungan Pendidikan. blog.unp.ac.id. (Online). http://abhamust.blog.unp.ac.id/2011/09/13/lingkungan-pendidikan/, diakses 28 Januari 2012.
Oka.2010. Tri Pusat Pendidikan. Blogspot.com. (Online), http://idupagayatri.blogspot.com/2010/01/tri-pusat-pendidikan.html, diakses 28 Januari 2012.
Tirtarahardja, Umar dan Sulo, L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar